Pemerintah Indonesia menetapkan langkah baru untuk mempercepat pengembangan energi terbarukan dengan memangkas porsi pembangkit listrik berbasis gas dalam rencana kelistrikan nasional yang terbaru.
Dalam dokumen presentasi yang disusun oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia—sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara—menargetkan penambahan sekitar 60 gigawatt kapasitas pembangkit listrik dalam sembilan tahun ke depan. Dari jumlah tersebut, sekitar 75% akan berasal dari sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, air, angin, dan bioenergi.
Sisa kapasitas yang akan ditambahkan berasal dari pembangkit listrik berbasis gas dan batu bara. Meski gas tetap mendapat porsi, kontribusinya akan lebih kecil dibandingkan rencana sebelumnya. Kebijakan ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk menekan emisi karbon dan beralih ke sistem energi yang lebih berkelanjutan.
Perubahan strategi ini juga menjadi bagian dari upaya Indonesia untuk mencapai target netral karbon pada tahun 2060 atau lebih cepat. Dengan mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan meningkatkan porsi energi ramah lingkungan, pemerintah berharap dapat menarik lebih banyak investasi internasional dalam sektor energi bersih.
Selain itu, langkah ini sejalan dengan tren global di mana negara-negara semakin mempercepat transisi energi hijau guna mengurangi dampak perubahan iklim. Pemerintah juga menekankan pentingnya meningkatkan kapasitas jaringan transmisi dan distribusi agar dapat mendukung integrasi energi terbarukan yang lebih besar ke dalam sistem kelistrikan nasional.
Ke depan, Indonesia diharapkan tidak hanya menjadi pengguna energi terbarukan, tetapi juga menjadi produsen teknologi dan solusi energi hijau yang kompetitif di kawasan regional dan global.