Salah satu ciri fundamental makhluk hidup adalah bergerak. Meskipun tumbuhan terkesan diam dan berakar di tanah, mereka sebenarnya menunjukkan berbagai bentuk gerakan. Namun, sebuah studi baru di Islandia kini memperluas definisi “gerak” tumbuhan, mengungkapkan bagaimana mereka “bergerak” dalam skala masif untuk mengolonisasi wilayah baru, dan menantang teori yang telah lama dipegang.
Gerakan dalam Skala Tumbuhan Individu
Secara tradisional, ilmu pengetahuan mengkategorikan gerak tumbuhan ke dalam tiga jenis utama berdasarkan pemicunya. Pertama adalah gerak endonom, yang disebabkan oleh rangsangan dari dalam sel atau tubuh tumbuhan itu sendiri. Contoh paling umum adalah pergerakan kloroplas yang berkeliling di dalam sel akibat pergerakan sitoplasma.
Kedua adalah gerak higroskopis, yakni gerakan bagian tubuh tumbuhan yang timbul akibat perubahan kadar air. Fenomena ini terlihat jelas pada kacang-kacangan yang telah matang; kulitnya akan mengerut dan pecah karena perubahan kadar air yang tidak merata di dalam sel. Contoh lainnya adalah membukanya dinding sporangium pada tumbuhan paku untuk melepaskan spora.
Ketiga adalah gerak esionom, yaitu respons terhadap rangsangan dari luar. Gerak ini dibagi lagi menjadi tropisme (gerakan yang arahnya dipengaruhi rangsang, seperti bunga menghadap matahari), taksis (gerak pindah tempat, seperti Alga berflagela), dan nasti (gerakan yang tidak dipengaruhi arah rangsang, seperti daun putri malu yang menguncup saat disentuh).
Studi Surtsey: Gerakan dalam Skala Ekosistem
Sementara jenis gerakan di atas menjelaskan respons individu, pertanyaan tentang bagaimana seluruh spesies tumbuhan “bergerak” melintasi lautan untuk mendiami daratan baru telah lama menjadi subjek perdebatan. Sebuah studi jangka panjang di Pulau Surtsey, Islandia, memberikan jawaban yang mengejutkan.
Surtsey, sebuah pulau vulkanik yang muncul dari Samudra Atlantik Utara pada tahun 1963, menyediakan laboratorium alam yang sempurna bagi para ilmuwan untuk menyaksikan lahirnya kehidupan di tanah yang masih murni. Selama puluhan tahun, ahli ekologi percaya bahwa kemampuan tanaman mencapai tempat-tempat terisolasi sangat bergantung pada sifat khusus benih atau buah, seperti buah berdaging yang menarik burung untuk memakannya dan menyebarkan bijinya.
Burung sebagai Agen Penyebaran Utama
Namun, sebuah studi baru yang dipublikasikan di Ecology Letters menantang asumsi lama tersebut. Para peneliti dari Islandia, Hungaria, dan Spanyol menemukan bahwa sebagian besar dari 78 spesies tumbuhan vaskular yang telah muncul di Surtsey sejak 1965 justru tidak memiliki karakteristik yang umum diasosiasikan dengan penyebaran jarak jauh.
Penelitian tersebut mengungkap bahwa burung camar, angsa, dan burung pantai telah menjadi agen utama transportasi benih. Burung-burung ini membawa benih di dalam tubuh mereka atau melalui kotoran mereka. Melalui pergerakan mereka, burung-burung ini telah mengirimkan variasi spesies tumbuhan yang mengejutkan ke pulau itu, membentuk fondasi awal bagi ekosistem Surtsey yang terus berkembang.
Implikasi: “Kehidupan Tidak Bergerak dalam Isolasi”
“Burung ternyata menjadi perintis sejati Surtsey—membawa benih tanaman yang, menurut teori konvensional, seharusnya tidak bisa sampai di sana,” kata Dr. Pawel Wasowicz dari Natural Science Institute of Iceland, salah satu penulis studi tersebut. “Hasil ini menjungkirbalikkan asumsi tradisional… Kehidupan tidak bergerak dalam isolasi—ia mengikuti kehidupan.”
Dr. Andy Green dari Estación Biológica de Doñana (CSIC, Spanyol), yang turut memimpin penelitian, menambahkan bahwa temuan ini memiliki implikasi yang luas bagi ekologi dan konservasi. “Hewan—terutama burung—adalah pendorong utama penyebaran dan kolonisasi tumbuhan. Saat rute migrasi bergeser akibat iklim yang memanas, burung akan memainkan peran vital dalam membantu tanaman berpindah dan beradaptasi dengan lingkungan baru.”
Studi ini menggarisbawahi pentingnya Surtsey sebagai laboratorium alam, yang memungkinkan para ilmuwan mengamati proses fundamental tentang bagaimana ekosistem muncul, berevolusi, dan merespons perubahan.
Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan di 4,75%, Fokus Jaga Stabilitas Rupiah
Dua Sorotan Otomotif: Perbandingan Tarif Pengiriman Motor dan Antisipasi Peluncuran Hero Splendor Listrik
Mengungkap Gerak Tumbuhan: Dari Respons Seluler Hingga Kolonisasi Pulau Baru
TikTok Kembali Beroperasi di Indonesia Setelah Pemblokiran Singkat
Membedah Jaringan Komputer di Tengah Pesatnya Pertumbuhan Pasar Komputer Seluler Global
Aquaterra Raih Kontrak Analisis Pengeboran Laut Dalam INPEX di Indonesia
Tren Warna Netral Sedang Mendominasi, Inilah Panduan Padu Padan Denim yang Tetap Relevan
Transisi Energi Indonesia: Janji yang Terlupakan dan Inovasi Global yang Menginspirasi
Inovasi Teknik Membentuk Wajah Kota Masa Depan: Jurusan Mana yang Paling Menjanjikan?