Bank Indonesia (BI) mengambil langkah di luar dugaan pasar dengan mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan bulan Oktober. Keputusan ini diambil setelah tiga kali pemotongan berturut-turut, sinyal bahwa bank sentral kini memprioritaskan stabilitas nilai tukar rupiah.

Keputusan di Luar Dugaan Pasar

Bank Indonesia memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI seven-day reverse repo rate di level 4,75% pada hari Rabu. Keputusan ini mengejutkan para analis, di mana enam dari tujuh ekonom yang disurvei oleh The Wall Street Journal sebelumnya memprediksi BI akan kembali melakukan pemotongan. Langkah “jeda” ini diambil untuk mendukung mata uang di tengah tekanan investor dan kondisi inflasi yang masih terkendali.

Arus Modal Keluar Menekan Rupiah

Alasan utama di balik penahanan suku bunga ini adalah untuk menopang rupiah. Bank sentral menghentikan sementara siklus pelonggaran moneternya yang telah berlangsung sejak akhir 2024 hingga awal 2025. Langkah ini diambil seiring keluarnya investor asing yang menarik dana sekitar $5,3 miliar dari pasar saham dan obligasi lokal sejak September hingga sebagian besar Oktober. Arus modal keluar yang masif ini telah memberi tekanan dan pelemahan pada rupiah, sehingga memaksa Bank Indonesia untuk turun tangan dengan melakukan intervensi langsung di pasar.

Inflasi Terkendali dan Prospek Pertumbuhan

Meskipun fokus beralih ke stabilitas mata uang, kondisi domestik masih mendukung. Inflasi terpantau tetap terkendali, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) dan inflasi inti bulan September berada dalam kisaran target Bank Indonesia, yaitu 2,5% (±1%). BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan meningkat di sisa tahun 2025, berada di titik tengah target 4,6%–5,4%. BI menyatakan tetap siap untuk menyesuaikan kembali arah kebijakan jika diperlukan di masa depan. Pendekatan yang hati-hati ini dirancang untuk meningkatkan kepercayaan terhadap rupiah dan mendukung stabilitas keuangan di tengah ketidakpastian global.

Dampak Pasar: Ketahanan Rupiah Menjadi Fokus

Bagi pelaku pasar, ketahanan rupiah kini menjadi pusat perhatian. Kegelisahan pasar dipicu oleh aksi jual investor asing senilai $5,3 miliar sejak September yang menekan rupiah dan memicu kekhawatiran akan volatilitas. Namun, dengan janji BI untuk memberikan dukungan langsung dan sinyal kesiapan untuk kebijakan yang lebih ketat jika perlu, rupiah berhasil mendapatkan kembali stabilitasnya. Dalam lingkungan yang masih bergejolak, aset-aset Indonesia kini terlihat menonjol berkat tingkat imbal hasil yang stabil dan inflasi yang terkendali.

Gambaran Besar: Tren di Pasar Berkembang

Langkah Indonesia ini mencerminkan tren yang lebih luas di antara negara-negara berkembang (emerging markets): menyeimbangkan antara dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi dan upaya mempertahankan stabilitas mata uang di tengah pergerakan modal global. Dengan menahan suku bunga dan melakukan intervensi, BI memberikan sinyal kuat mengenai disiplin kebijakan. Langkah ini diharapkan dapat membantu menarik kembali minat investor. Tantangan ke depan bagi banyak negara adalah menjaga stabilitas lokal sambil mengarungi gelombang pasang surut internasional yang tidak dapat diprediksi.