Indonesia Airlines, maskapai penerbangan baru yang berbasis di Singapura, menegaskan komitmennya untuk memulai operasional tahun ini. CEO perusahaan, Iskandar, menyatakan bahwa persiapan telah berjalan dengan baik dan mendapatkan dukungan luas dari investor internasional.

Dalam paparannya di Forum Energi dan Mineral pada 26 Mei, Iskandar mengungkapkan bahwa selama dua tahun terakhir, pihaknya telah menjalin komunikasi rutin dengan berbagai pemangku kepentingan dan melakukan sejumlah langkah strategis untuk memastikan kesiapan maskapai. Ia juga menyebut banyak pilot lokal yang menyatakan minat untuk bergabung, serta dukungan dari mitra-mitra internasional di Singapura dan Thailand.

“Fokus kami bukan hanya membangun maskapai penerbangan biasa, tetapi juga mendorong pertumbuhan industri penerbangan nasional secara menyeluruh,” kata Iskandar.

Lebih lanjut, Iskandar menyampaikan bahwa pada 14 Maret lalu, perusahaan induk Indonesia Airlines, Calypte Holding Pte Ltd yang berbasis di Singapura, telah menandatangani kesepakatan akuisisi mayoritas saham PT Indonesia Airline Holding dengan perusahaan asal Jerman senilai €46,2 juta. Kesepakatan tersebut juga disertai komitmen pendanaan sebesar €12,8 miliar. Selain itu, ketertarikan investasi juga datang dari Australia, Tiongkok, dan Thailand.

“Seorang investor besar dari Australia bahkan sudah menyampaikan langsung niat investasinya kepada Presiden. Finalisasi kontrak kini sedang berlangsung,” tambahnya.

Indonesia Airlines juga telah menjadwalkan peluncuran awal (soft launch) yang direncanakan berlangsung di Jakarta pada bulan Juli. Meski dokumen perizinan belum seluruhnya diserahkan, Iskandar menyatakan bahwa 80 persen dari persyaratan administratif telah rampung dan akan diselesaikan dalam beberapa bulan mendatang.

Terkait armada, maskapai ini telah mengamankan tiga pesawat dari perusahaan leasing asal Jepang dan tengah bernegosiasi untuk menambah empat unit lagi. Untuk rute penerbangan, Indonesia Airlines akan fokus pada penerbangan internasional dengan 20 armada pesawat modern, termasuk 10 unit Airbus A321neo atau A321LR untuk penerbangan jarak menengah, serta 10 pesawat berbadan lebar Airbus A350-900 dan Boeing 787-9 untuk rute jarak jauh.

Awalnya, penerbangan perdana direncanakan pada November 2024. Namun, beberapa penyesuaian perlu dilakukan akibat keterlambatan dalam pengerjaan interior pesawat. “Kami masih berkoordinasi dengan konsultan interior dan tetap berupaya agar peluncuran bisa dilakukan sebelum akhir tahun. Jika diperlukan, penerbangan perdana dapat dipindahkan ke awal tahun depan,” jelas Iskandar.

Ia menutup dengan menyatakan optimisme terhadap kontribusi Indonesia Airlines bagi perekonomian dan sektor penerbangan nasional. “Kami berkomitmen penuh. Maskapai ini akan membawa manfaat besar, mulai dari penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan negara, hingga transformasi industri,” pungkasnya.